Kumbang Badak |
Hama kumbang badak (wang-wung) dan hama kumbang sagu (tembirang) banyak mengakibatkan kerusakan pada pertanaman kelapa. Banyak tanaman kelapa kopyor di daerah Pati yang rusak dan mati akibat serangan hama wang-wung dan tembirang.
Masalah serangan kumbang badak juga terjadi di daerah-daerah perkebunan kelapa sawit yang dalam proses penanaman baru (replanting). Bekas tebangan kelapa sawit yang biasanya dicacah dan dipendam di lapangan telah menjadi sarang (breeding ground) bagi perkembangan ribuan hama kumbang badak di lapangan.
Sebagai pimpinan dari tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Penelitian Tanaman Palma (BalitPalma), Manado yang fokus dengan tanaman kelapa kopyor, Prof. Sudarsono tertantang untuk membantu mengatasi masalah serangan hama tersebut.
Multitrap, Perangkap Kumbang Badak dan Kumbang Sagu |
Bertolak dari keberhasilan awal penerapan perangkap “Multi-Trap” di kelapa kopyor, Ia berharap perangkap tersebut juga dapat dikembangkan untuk pengendalian hama kumbang badak (wang-wung) di pertanaman kelapa sawit muda.
Prof. Sudarsono kemudian terus mengembangkan alat perangkap hama yang disebut “Multi-Trap” agar dapat diterapkan di berbagai tanaman yang menghadapi serangan hama kumbang. “Perangkap hama ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai hama kumbang yang menyerang tanaman, asalkan tersedia senyawa feromon yang digunakan untuk menarik serangga agar datang ke perangkap,” lanjut Prof. Sudarsono.
Perangkap “Multi-Trap” dikembangkan sejak tahun 2012 melalui kegiatan “Proyek Penelitian HILINK Kelapa Kopyor” yang didanai oleh Kemdiknas. Riset ini tadinya fokus pada pengembangan kelapa kopyor di daerah Pati, Jawa Tengah dan Kalianda, Lampung Selatan.
Prof. Sudarsono kemudian terus mengembangkan alat perangkap hama yang disebut “Multi-Trap” agar dapat diterapkan di berbagai tanaman yang menghadapi serangan hama kumbang. “Perangkap hama ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai hama kumbang yang menyerang tanaman, asalkan tersedia senyawa feromon yang digunakan untuk menarik serangga agar datang ke perangkap,” lanjut Prof. Sudarsono.
Perangkap “Multi-Trap” dikembangkan sejak tahun 2012 melalui kegiatan “Proyek Penelitian HILINK Kelapa Kopyor” yang didanai oleh Kemdiknas. Riset ini tadinya fokus pada pengembangan kelapa kopyor di daerah Pati, Jawa Tengah dan Kalianda, Lampung Selatan.
Dalam perjalanannya diketahui bahwa hama kumbang badak dan kumbang sagu menjadi dua hama utama yang menyerang pertanaman kelapa kopyor di Pati sehingga menjadi topik tambahan yang dicoba dicarikan jawaban permasalahannya selama tiga tahun “Proyek Penelitian HILINK Kelapa kopyor” tersebut. "Itulah yang menjadi alasan mengapa saya berkeinginan membuat perangkap hama “Multi-Trap”, ujarnya.(zul)
No comments:
Post a Comment