Guru Besar FKH IPB, Prof.Dr.drh. Upik Kesumawat Hadi |
Nyamuk Aedes aegypti yang menularkan virus dengue, memiliki
perubahan perilaku karena perubahan
iklim. Hal ini disampaikan Pakar Nyamuk dan juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof.
Dr.Ir. Upik Kesumawati Hadi.
Menurutnya, proses penularan virus oleh nyamuk itu sangat
komplek. Untuk kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), bisa jadi reservoar (faktor
penularnya) adalah penderita yang sudah sembuh tapi tubuhnya masih mengandung
virus.
“Dulu adanya kasus DBD itu di hutan dan korbannya adalah
monyet. Tapi dengan adanya perubahan jaman, kasus DBD pindah ke perkotaan. Dan
ini sudah berlangsung lama sekali. Virus dengue dapat berkembang biak di tubuh
nyamuk, tanpa nyamuk itu sakit.
Bagaimana virus itu dapat akses manusia? Karena
adanya aktvitas menghisap darah orang sakit menularkan ke orang sehat. Satu lagi
kalau nyamuk yang sudah mengandung virus dengue bertelur maka telur yang sudah
menetas menjadi nyamuk bisa menularkan,” ujarnya.
Terjadinya sakit itu ketika ketahanan tubuh kalah dengan
virus tadi. Dalam orasi ilmiahnya yang berlangsung minggu lalu (19/3), Prof.
Upik mengatakan manusia menyediakan habitat nyamuk. Dengan setetes
air Aedes aegypti bisa bertelur dan berkembang biak.
Dari delapan lokasi di
Bogor yang diteliti, tidak ada yang angka bebas jentiknya tinggi, ini
menunjukkan bahwa ada DBD karena ada nyamuknya. Angka ini yang sebabkan potensi
DBD terjadi.
Kalau angkanya diatas 95 persen maka boleh
dikatakan bebas jentik. Contohnya penampung air di dispenser, tatakan pot yang
ada genangan airnya, talang rumah yang airnya terhambat daun.
Daerah yang rawan penularan DBD (angka bebas jentiknya rendah) |
“Kita harus rajin membersihkan wadah-wadah (tidak
hanya membuang airnya tetapi menyikatnya juga karena telur nyamuk menempel di
dinding wadah) tersebut atau wadah lainnya seminggu sekali, karena telur akan
menetas setelah seminggu,” terangnya.
Prof. Upik memantau penampung dispenser |
Ada beberapa perubahan perilaku nyamuk yang perlu kita waspadai, diantaranya:
- Nyamuk Aedes Ae sekarang tidak hanya hidup di genangan air bersih tetapi bisa hidup juga di air genangan yang mengandung polutan atau air got. Jadi ini lebih parah.
- Sejauh ini aktivitas menghisap darah itu siang hari, ternyata Aedes ae juga menghisap darah pada malam hari. Maka kita harus tingkatkan kewaspadaan. Gunakan lotion dan baju lengan panjang.
- Adanya resistensi vektor (nyamuk Aedes ae) terhadap insektisida. Jika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD kemudian orang akan lakukan penyemprotan atau fogging. Padahal belum tentu efektif. Karena fogging itu penyemprotan hanya bertahan 2 jam, kontak dengan nyamuk dewasa saja. Insektisida rumah tangga, penggunaan yang lama dan sering akan terjadi resitensi.
- Dampak perubahan iklim, nyamuk terpengaruh iklim, suhu meningkat lebih aktif dan masa inkubasi di dalam tubuh nyamuk dan perkembangbiakan nyamuk lebih cepat.
Stop Penularan DBD, Jadilah Jumantik di rumah sendiri |
Melihat banyaknya perubahan perilaku yang terjadi pada
nyamuk Aedes ae ini harus menjadi perhatian kita bahwa masyarakat harus
digerakkan untuk membeaskan daerah dari nyamuk. Kita harus menjadi Jumantik di
rumah kita sendiri, tandasnya.(zul)
No comments:
Post a Comment