Wednesday, March 2, 2016

Hama Kumbang Badak dan Kumbang Sagu pada Pohon Kelapa Kopyor

Serangan Hama Kumbang pada Pohon Kelapa
Pohon Kelapa yang terkena serangan hama kumbang badak
Serangan hama kumbang badak (tanpa diikuti oleh serangan kumbang sagu), paling parah terjadi pada tanaman kelapa yang masih muda (bibit). Yakni menyebabkan terjadinya mala bentuk (malformasi) pertumbuhan bibit karena rusaknya jaringan di dekat titik tumbuh.

Atau menyebabkan tanaman muda (bibit)-nya tidak dapat berkembang lebih lanjut (bahasa jawanya: punthes) ketika kerusakan terjadi pada titik tubuhnya. Bibit kelapa atau tanaman muda yang telah rusak titik tumbuhnya tidak dapat berkembang dan akan mati.

Pada tanaman kelapa dewasa, lubang bekas serangan hama kumbang badak akan menarik kedatangan hama kumbang sagu. Kumbang sagu akan bertelur di bekas lubang serangan hama kumbang badak dan telurnya akan menetas menjadi larva. 

Pohon Kelapa Kopyor yang terkena serangan hama kumbang badak dan kumbang sagu
Larva kumbang sagu akan memakan seluruh jaringan muda di pucuk tanaman kelapa sehingga titik tumbuhnya mati. Serangan ikutan dari hama kumbang sagu ini yang menyebabkan tanaman kelapanya tidak lagi mampu berkembang karena matinya titik tumbuh tanamannya sehingga menyebabkan matinya tanaman kelapa yang terserang.

Batang kelapa yang mati selanjutnya akan menjadi sarang tempat bertelur dan berkembangnya larva kumbang badak. Larva kumbang badak akan memakan jaringan pohon kelapa yang mati dan menghasilkan ratusan kumbang badak generasi baru yang siap merusak tanaman kelapa yang ada. Dan seterusnya.

“Dengan demikian, jika di lokasi pertanaman terdapat populasi hama kumbang badak dan kumbang sagu yang tinggi akan mengakibatkan banyaknya pohon kelapa yang mati. Keadaan tersebut menjadi lebih parah pada pertanaman kelapa kopyor karena kumbang badak dan kumbang sagu lebih senang menyerang kelapa kopyor dibandingkan kelapa normal,” terang Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Sudarsono.

Menurutnya, hama kumbang badak meningkat jumlahnya ketika musim hujan dan menurun jumlahnya pada musim kemarau. Dengan demikian, pada musim hujan serangan hama tersebut akan mengalami peningkatan sedangkan pada musim kemarau akan mengalami penurunan. Hama kumbang badak bukan hama endemis di Indonesia. 
Hama Kumbang pada Pohon Kelapa
Hama kumbang badak dan kumbang sagu yang terperangkap dalam multitrap
Hama ini sebenarnya berasal dari daerah Sri Langka dan sekitarnya yang menyebar ke berbagai daerah, termasuk ke Indonesia. Akibatnya, musuh alami yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama ini tidak tersedia di lingkungan Indonesia sehingga jika suatu daerah sudah terserang, akan sulit memberantas hama ini di lapangan.

Hama kumbang badak paling aktif dari sore hingga malam sekitar pk. 21.00. Pada waktu lain, hama kumbang badak tidak terlalu aktif. Untuk itu, waktu tersebut merupakan waktu yang paling efektif untuk menangkap hama ini.

“Secara tradisional, petani mengatasi serangan hama dengan menggunakan butiran garam yang ditebarkan di pucuk pohon kelapa atau menggunakan cairan perasan daun tembakau. Tetapi butiran garam dan perasan daun tembakau tidak tahan lama dan hanya bersifat sebagai repellant (penolak) saja, maka cara ini kurang efektif. Ada juga yang menggunakan jaring bekas jala ikan yang dipasang di pucuk kelapa untuk mencegah hama kumbang badak menyerang pucuk. Tetapi karena pucuk kelapa yang tumbuh akan bertambah tinggi dan besar, maka ini juga kurang efektif,” terangnya.

Prof. Sudarsono kemudian mengembangkan perangkap kumbang multifungsi yang diberi nama Multitrap. Penjelasan lengkapnya ada dipostingan sebelumnya atau klik Multitrap. (zul)

No comments:

Post a Comment