Friday, January 29, 2016

D’Premium, Telur dengan Kandungan DHA 10 Kali Lipat

D'Premium, Telur dengan Kandungan DHA 10 Kali Lipat
Telur dengan kandungan DHA 10 kali lipat

Salah satu paten Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan nomor ID P 0023652 adalah suplemen pakan ayam karya Prof.Dr.Ir. Iman Rahayu, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB. Suplemen pakan tersebut diaplikasikan pada ayam petelur sehingga menghasilkan telur yang bergizi tinggi. 

Telur tersebut mengandung Super DHA dan Omega 3 serta betakaroten yang sangat berguna untuk meningkatkan kecerdasan otak pada anak dan balita serta menjaga kesehatan tubuh.

“Telur ini bagus untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak. Kandungan DHA nya 2816 mg atau 10 kali lipat telur normal dan 404 mg EPA. Dan yang paling penting adalah kandungan kolesterolnya rendah,” ujarnya.

Keunggulan lainnya produk premium ini ramah lingkungan dna bergizi, diproduksi dari ayam dengan pemeliharaan biosekuriti ketat, mengandung antioksidan (beta-tokoferol), membantu menyehatkan badan dan membantu mencegah penyakit degeneratif.

Prof. Iman Rahayu, Guru Besar Tetap Fapet IPB
Prof. Iman Rahayu, Guru Besar Tetap Fapet 
Dengan label D’Premium, Prof. Iman Rahayu sudah bekerjasama dengan salah satu distributor di Jakarta. Dengan jumlah ayam sekitar 1000 ekor, setiap minggunya Prof. Iman berhasil memproduksi 4200 butir telur. Selain dijual mentah, Prof. Iman juga menyediakan produk yang sudah matang yakni telur pindang omega tiga.

IPB masih tetap mendominasi daftar Inovasi Indonesia Paling Prospektif hasil seleksi Bussiness Innovation Center (BIC) selama delapan tahun sejak 2008. Dari 107 Inovasi Indonesia Paling Prospektif, tahun 2015 terdapat 45 inovasi IPB (42,06%), terbanyak dari lingkungan perguruan tinggi. Jumlah tersebut telah melebihi target tahun 2015 yang ditetapkan yaitu sebanyak 35 inovasi. 

Sementara itu, untuk perolehan Paten dan HKI lainnya, secara kumulatif sampai dengan 25 September 2015, IPB telah mengajukan 291 aplikasi paten dan 75 diantaranya telah diberi paten (granted). Selain paten, IPB juga telah mendaftarkan 14 merek dan 4 diantaranya telah granted serta 6 pendaftaran Hak Cipta. Untuk tahun 2015, IPB telah mengajukan 12 proposal paten untuk mengikuti insentif RAIH HKI Ristek, dan 15 proposal paten untuk mengikuti UBER HKI Dikti.(zul)



Andaliman, Citarasa Khas dari Sumatera

Kekayaan Biodiversitas Indonesia
Peta Kekayaan Alam Indonesia
 Fungsi makanan adalah sebagai pemenuh gizi, pemuas sensori dan fisiologis aktif. Fungsi ketiga (fisiologi aktif) ini yang membuat kenikmatan makan menjadi berkurang. Konotasinya kalau kita makan enak maka tidak sehat.

Hal ini disampaikan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor, Prof.Dr.Ir. Hanny Wijaya.

“Pemahaman kimia yang memadai memberikan peluang penanganan ingredien pangan lebih tepat dalam pemanfaatan fungsi pemuas sensori dan fisiolis aktif,” ujar peraih penghargaan Perempuan Peneliti Berprestasi Indonesia ini.

Rempah unik asal Sumatera yang dikenal dengan nama Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) contohnya. Andaliman termasuk dalam keluarga Rutaceae yang bisa kita temukan di Sumatera Utara. Komponen aktif “trigeminal” membuat sensasi “trembling” bagi yang mengkonsumsinya. Sensasinya mirip dengan sanshool (komponen aktif flavor di merica Jepang.

Andaliman, Khas Sumatera Utara
Andaliman
“Peran kesehatan andaliman erat kaitannya dengan citarasa uniknya yaitu aroma “sitrusi” dan sensasi trigeminal “bergetar”. Andaliman ini dilaporkan berpotensi mengatasi rematik, disentri atau sakit pencernaan serta berbagai gangguan kesehatan lainnya seperti antiinflammatori, analgesik, antibiotik, hepatoprotektif, hingga imunostimulan,” ujarnya.

Penggunaan Andaliman secara tradisional oleh etnis Bayak adalah untuk mengobati orang sakit dengan cara meningkatkan nafsu makan karena aroma dan sensasi “tingling”. Selain itu, Andaliman juga digunakan sebagai pemberi rasa dalam makanan tradisional pada upacara tradisi Batak, seperti pesta pernikahan dan kelahiran anak. Suku Mandailing dan Angkola memanfaatkan buahnya sebagai bumbu.

Pemanfaatan Buah Andaliman oleh Suku Mandailing dan Angkola

Terdapat tiga varietas Andaliman di Sumatera Utara, yakni Sihorbo, Simanuk, Sitanga. Sihorbo, buahnya lebih besar, tetapi aromanya kurang dan produksinya rendah. Simanuk, buahnya lebih kecil, lebih aromatik dan lebih pedas, dan produksinya tinggi. Sitanga, sangat pedas seperti bau busuk dan tidak populer. Simanuk adalah varietas Andaliman yang biasa dijual di pasaran dan dikonsumsi.(zul)

Varietas Andaliman
Varietas Andaliman
Sumber : Materi Presentasi Prof. Hanny Wijaya dalam Pres Konferen Pra Orasi Ilmiah di Exloundge Kampus IPB Baranang Siang (28/1/2016)

Wednesday, January 27, 2016

Daun Erpa, Indikator Kadaluarsa Pada Susu Segar

Susu botol yang sudah diberi label indikator dari daun erpa
Susu botol yang sudah diberi label indikator

Selama ini, suatu produk dikatakan masih berkualitas baik dengan mengecek label kedaluarsa pada produk tersebut. Tapi label ini hanya berlaku jika dan hanya jika selama penanganan dan penyimpanan, produk diperlakukan sesuai dengan kondisi yang diharuskan.

Pengecekan ini masih bersifat pasif, karena hanya benar jika produk diperlakukan sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan. Label kedaluarsa ini tidak dapat menginformasikan bagaimana kualitas riil produk jika terjadi kesalahan penanganan produk selama distribusi dan penyimpanan, apalagi untuk produk sensitif suhu tinggi seperti susu pasterusisasi.

Pada umumnya, susu pasteurisasi harus disimpan pada suhu rendah agar kualitasnya tetap terjaga baik. Kenaikan temperatur penyimpanan dapat menyebabkan kemunduran kualitas susu. Padahal informasi penurunan kualitas produk ini sangat dibutuhkan konsumen untuk mengetahui kondisi riil produk. Sering kita dijumpai, susu pasteurisasi sudah rusak tapi masa kadaluarsanya belum terlampaui.

Apabila selama distribusi maupun penyimpanan terjadi peningkatan suhu, maka tanggal kadaluwarsa yang dicantumkan pada kemasan tidak dapat lagi dijadikan acuan. Oleh karena itu diperlukan indikator tambahan yang bersifat aktif/dinamis yang dapat menginfomasikan kualitas produk secara nyata.

Dr. Ir. Endang Warsiki, STP, M.Si dan timnya di Departemen Teknologi Industri Pertanian-Institut Pertanian Bogor (TIN-IPB) mengembangkan indikator berupa label/film tipis berwarna dimana warnanya dapat berubah karena pengaruh panas dari daun Erpa. Perubahan warna ini digunakan untuk memberikan informasi tentang kualitas makanan terkemas secara nyata dan tepat waktu.

Bersama Dr. Indah Yuliasih, STP, M.Si dan Rini Nofrida, STP, M.Si, Dr. Endang memanfaatkan bahan pewarna alami dari daun Erpa (Aerva sanguinolenta) yang sangat melimpah keberadaannya di Indonesia. Ekstraksi pewarna dari daun ini sangat mudah dan murah. 
Daun Erpa
Daun Erpa

Ekstrak daun Erpa segar diformulasikan dengan kitosan yang merupakan produk turunan dari limbah udang. Kitosan dikenal sebagai material pembuat film yang cukup baik, dimana kekuatan film kitosan dapat disetarakan dengan bahan film plastik berkualitas sedang.

”Proses pembuatannya tidak menggunakan teknologi yang rumit sehingga komersialisasi label indikator ini tidak memerlukan biaya investasi yang tinggi. Dan tentunya bisa digunakan oleh industri dari skala kecil hingga menengah,” terangnya.

Keuntungan lain dari kitosan adalah, bahan ini bersifat biodegradable yang sangat mudah diuraikan oleh mikroorganisme sebagai salah satu usaha menjaga lingkungan karena sampah plastik nonbiodegradable.

Selain aplikasinya yang mudah, label indikator direkatkan pada permukaan luar kemasan utama, label indikator juga tidak kontak langsung dengan produk sehingga aman dari kemungkinan kontaminasi. 
Label Indikator Kadaluarsa
Label Indikator Kadaluarsa 

Seperti terlihat pada gambar di atas, perubahan warna pada label kemudian dipadukan dengan hasil analisa mutu susu. Hal ini dilakukan untuk mengatahui sejauh mana suhu dapat mempengaruhi kualitas susu sehingga dapat dibuat suatu peta warna seiring dengan kualitas susu.

Dari uji perhitungan total, mikroorganisme perusak susu meningkat seiring dengan perubahan warna label indikator. Penyimpanan susu pasteurisasi pada suhu 4oC dapat mempertahankan kualitas susu pasteurisasi sampai 9 hari dengan indikator berwarna kuning-merah pada hari ke-9 artinya produk harus segera dikonsumsi.

Dan total mikroba melebihi batas maksimum pada hari ke 11 dengan indikator warna berwarna kuning. Sedangkan pada suhu ruang, kualitas susu hanya bertahan selama 7 jam dengan indikator berwarna kuning-merah pada jam ke-7 dan total mikroba melebihi batas maksimum total koloni mikroba yang diperbolehkan pada jam ke-8 dengan indikator warna berwarna kuning. Penelitian ini berhasil masuk dalam 105 Inovasi Indonesia Paling Prospektif 2013 yang dikeluarkan Business Innovation Center. (zul)





Akhir 2016, Benih IPB 3S Siap di Tanam untuk 2 Juta Hektar Lahan

Padi IPB 3S
Padi Varietas IPB 3S

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr.Ir. Herry Suhardiyanto M.Sc didampingi Dekan Fakultas Perikanan Dr. Agus Purwito, Koordinator Lapang IPB Prima, Dr.Ir. Sugiyanta dan Penemu IPB 3S, Dr.Ir. Hajrial Aswidinoor berkesempatan berjumpa dengan media massa di Media Center Kampus IPB Darmaga (7/10). Dalam jumpa pers tersebut, Rektor mengatakan IPB akan ikut serta dalam mensukseskan program pemerintah yakni swasembada beras berupa dukungan dalam bentuk ilmu pengetahun. Antara lain dengan ditemukannya varietas padi unggul inovasi peneliti IPB yakni padi tipe IPB 3S.

Beberapa waktu yang lalu IPB diminta oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan perluasan pendampingan penanaman IPB 3S dari 500 hektar menjadi 100.000 hektar, nampaknya IPB perlu melakukan penyesuaian. Target ini tidak bisa dicapai secara instan karena ketersediaan benih ini masih terbatas dan akan digunakan sebagai program pengembangan benih dalam skala besar.

“Saat ini baru ada 800 kilo benih murni yang siap ditanam untuk dijadikan stok benih dan 90 ton benih yang siap ditanam untuk konsumsi. Benih sebanyak 90 ton tersebut baru bisa ditanam di lahan seluas 3000 hektar. Pelaksanaannya November tahun ini. Itu hasil mengumpulkan data benih dari penangkar yang tersebar dari Aceh hingga Banyuwangi.” ujar Prof. Herry.

Perbandingan Malai Padi Ciherang dan IPB 3S
Perbandingan Malai Padi Ciherang dan IPB 3S
Roadmap Penelitian Padi IPB
Roadmap Penelitian IPB

Respon positif dari masyarakat terhadap varietas IPB 3S ditandai dengan banyaknya permintaan benih padi tersebut setelah panen raya di Kabupaten Karawang oleh Presiden RI Joko Widodo. Oleh karena itu, IPB merasa perlu memberikan beberapa informasi terkait perkembangan ketersediaan padi varietas IPB 3S.

IPB belum memproduksi benih skala besar, benih yang tersedia baru bersifat benih pemulia (benih penjenis), sedangkan benih sebar berada di penangkar. Dengan jumlah benih penjenis (ditanam untuk mendapatkan benih lagi) yang ada, maka akhir tahun 2016 diperkirakan benih sebar siap untuk ditanam di lahan seluas 2 juta hektar, terang Dr. Sugiyanta.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, petani harus memperhatikan teknologi produksi yang optimum seperti di bawah ini :

a. Persemaian : sebelum di semai benih disortir dengan lauran garam (semai benih yang tenggelam), cuci dengan air bersih sebelum direndam. Perendaman dilakukan sehari semalan dan beri perlakuan fungisida. Inkubasikan benih pada karung basah sampai tumbuh bakal akar. Amati dan buang telur ngengat pengerek batang.

b. Pengolahan tanah : olah tanah secara sempurna dan rata. Benamkan jerami. Aplikasikan pupuk organik hayati (bio-organik) 300 kg/ha 1-3 hari sebelum tanam

c. Penanaman : pindah tanam bibit pada umur 10-14 hari setelah semai. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak”. Jarak tanam yang digunakan : 20 cm x 20 cm dengan 2-3 bibit/lubang atau 20 cm x 40 cm x 15 cm atau 30 cm x 15 cm dengan 3-4 bibit/lubang (populasi tanaman >200.000 tan/hektar). Beri perlakuan pencelupan akar dengan probiotik.

d. Pengairan : teknik irigasi berselang atau intermittent. Air dialirkan ke sawah hingga tergenang sekitar 5 cm dan dibiarkan hingga habis meresap ke tanah kemudian air dimasukkan kembali. Pengeringan dilakukan pada saat pemupukan dan 10 hari sebelum panen.

e. Pemupukan : umur 5-7 hari setelah tanam (HST) dipupuk 100 kg NPK 15-15-15/ha + 50 kg urea/ha. Umur 21 HST dipupuk 100 kg NPK 15-15-15/ha + 50 kg urea/ha. Umur 35 HST dipupuk 100 kg NPK 15-15-15/ha + 50 kg urea/ha. Pupuk silika dosis 1 liter/ha/aplikasi disemprotkan dua kali pada umur 10 dan 30 HST. Diusahakan tidak ada hujan 4 jam setelah penyemprotan. Berdasarkan rekomendasi setempat.

f. Pengendalian hama dan penyakit : lakukan pengamatan setiap hari (terutama hingga umur 1 bulan)

g. Pemanenan : lakukan panen setelah sekitar 90% bulir padi menguning. Lakukan panen setelah embun kering dan tidka waktu hujan. Segera dirontok setelah panen. Lakukan segera proses pengeringan dan dianjurkan menggunakan jasa alat mesin pemanen. (zul)

Padi IPB 3S Siap Panen
Padi Varietas IPB 3S Siap Panen
Sumber foto : Materi presentasi Dr. Hajrial A dan Dr. Sugiyanta berjudul Teknologi IPB Prima Mendukung Produktivitas Padi Varietas IPB 3S yang Optimum dalam Seminar Hasil-Hasil Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di IICC, 2015.

Saturday, January 9, 2016

Propolis Lokal dan Murah dari Lebah Trigona

Rumah Lebah Trigona spp di IPB
Rumah Lebah Trigona spp
Salah satu Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr.Ir. Ahmad Sulaeman berhasil mengembangkan propolis dari lebah Trigona terminata. Lebah Trigona menghasilkan bee pollen, madu dan propolis yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan manusia. Baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk mengatasi penyakit. Lebah Trigona sangat unik dibandingkan spesies lebah lainnya, karena produksi propolisnya paling tinggi.

Lebah Trigona spp merupakan lebah yang tidak bersengat (stingless bee), berukuran kecil dan rajin memproduksi propolis. Lebah mini ini disebut Kelulut (Melayu), emmu (Sulsel), teweul (Sunda), merang (Sulsel), klanceng (Jawa), Galo-galo (Sumbar). Lebah Trigona mudah beradaptasi diberbagai tempat.

Untuk mempertahankan dirinya, lebah ini menggigit dengan mandibula. Tidak adanya sengatan inilah yang menyebabkan lebah Trigona spp layak dibudidayakan. Karena ini produk lokal, harga propolis pun menjadi lebih murah. Selama ini propolis yang ada dipasaran adalah impor dari luar.

Propolis Golden Trigona dari Lebah Trigona spp
Propolis Golden Trigona dari Lebah Trigona spp

"Nah propolis Golden Trigona ini harganya lebih murah. Satu kemasan kecil (6 ml) propolis Trigona harganya 50 ribu rupiah, bandingkan dengan produk impor dengan ukuran yang sama harganya 150 ribu rupiah," ujarnya.

Ada satu demplot Rumah Lebah Trigona di Green Plasma IPB Darmaga. Rumah lebah Trigona adalah bangunan yang digunakan untuk naungan bagi stup/koloni Trigona agar terhindar dari panas matahari langsung, hujan atau kondisi lingkungan lainnya yang merugikan kehidupan mereka.

Menurutnya, lebah Trigona tidak terlalu populer dimata peternak karena madu yang dihasilkan tergolong sedikit. Kini lebah Trigona mulai populer karena memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya.

Keunggulannya adalah produksi propolis lebih tinggi, lebih mudah dibudidayakan, lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan Apis mellifera, komponen fitokimia lebih beragam yang ditengarai keragaman aroma dan warna propolis mentahnya serta sebagian memiliki rendemen yang lebih tinggi.

Terdapat 36 spesies lebah Trigona di Indonesia. Delapan spesies diantaranya yaitu spesies T. Laeviceps, T. Itama, T. Minangkabau, T. Moorei, T. Thorasica, T. Insica, T. Terminata dan T. Fucobalteata.

Spesies Trigona tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa propinsi di Indonesia telah berhasil membudidayakan lebah trigona spp antara lain Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Maluku.

Wednesday, January 6, 2016

Tomat IPB: Non Hibrida Serasa Hibrida

Tomat Tora, Varietas Baru Inovasi IPB
Tomat Tora IPB

Tomat termasuk tanaman menyerbuk sendiri yang diperbanyak melalui benih. Namun demikian, varietas tomat yang dihasilkan dapat berupa tomat hibrida maupun bersari bebas. Dengan demikian perakitan varietas tomat dapat mengikuti alur perakitan varietas hibrida untuk menghasilkan varietas hibrida dan alur perakitan varietas galur murni (dimodifikasi) untuk menghasilkan varietas bersari bebas (non hibrida).

Sejumlah peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menghasilkan varietas tomat unggul yang diberi nama varietas tomat Tora IPB. Varietas tomat Tora IPB merupakan varietas bersari bebas (non hibrida) hasil seleksi dari populasi bersegregasi. Tim peneliti terdiri dari Prof.Dr. Muhamad Syukur, Prof.Dr. Sobir, Dr. Awang Maharijaya, Abdul Hakim, dan Arya Widura Ritonga yang berasal dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

“Niatnya adalah memudahkan petani dengan menghasilkan benih harga murah. Kita lihat varietas dihasilkan Indonesia saat ini sekitar 150 varietas. Namun 80% nya adalah varietas hibrida. Kita tahu benih hibrida mahal. Sebagai lembaga pemerintah kita tertantang untuk hasilkan sesuatu yang murah bagi petani. Non hibrida (bersari bebas) bisa diperbanyak sendiri oleh petani, bisa dilanjutkan oleh petani jika diperlukan. Benih hibrida tidak bisa diperbanyak lagi oleh petani karena didesain demikian rupa agar turunannya berbeda-beda,” ujar Prof. Syukur.

Dari situ kita merakit varietas baru, tambahnya. Varietas yang sudah ada biasanya untuk ditanam di dataran tinggi. Sedangkan kita tahu daratan tinggi sudah mulai terbatas, maka lahan pertanian akan turun ke bawah.

“Nah varietas dataran rendah itu terbatas. Maka target kita kesana. Bagaiamana menghasilkan varietas untuk dataran rendah dengan hasil produksi yang mirip saat di tanam di dataran tinggi. Selain itu, tantangan bertani di dataran rendah lebih berat. Untuk itu, kami rakit varietas yang tahan cuaca ekstrim, curah hujan, bakteri, penyakit dan pecah kulit buah,” ujarnya.

Tomat Tora, Varietas Baru Karya IPB
Tomat Tora


Varietas Tora IPB merupakan tomat non hibrida yang mempunyai potensi hasil seperti varietas hibrida. Keunggulan varietas non hibrida adalah cara memproduksi benihnya tidak memerlukan biaya tinggi, sehingga harga benihnya relatif murah. Harapannya petani bisa menggunakan varietas ini karena benihnya murah, tetapi hasilnya seperti benih tomat hibrida.

Keuntungan lain bagi petani pengguna varietas ini adalah Tora IPB mampu beradaptasi di dataran rendah, memiliki ukuran buah yang cukup besar (lebih besar dibandingkan varietas pembanding tomat Ratna). Selain itu, Tora IPB memiliki produktivitas hasil (bobot buah per hektar) yang besar (lebih besar dibandingkan varietas pembanding tomat Intan).

Varietas Tora memiliki rataan bobot per hektar dari empat lokasi (24.61 ton) yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding tomat Intan. Varietas Tora memiliki bobot per hektar yang lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding tomat Intan dan tomat Ratna pada lokasi penanaman di Lombok dan Purwakarta. Pada penanaman di Tajur (Kota Bogor), bobot buah per hektar calon varietas Tora lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Intan, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding tomat Ratna. Sedangkan pada penanaman di Leuwikopo (Kabupaten Bogor), bobot buah per hektar calon varietas Tora tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding.

Untuk menghasilkan Tora IPB, peneliti menggunakan metode pemuliaan tanaman tomat diantaranya adalah Bulk, Pedigree, SSD, Silang Balik, Seleksi Massa, dan Seleksi Galur Murni. Perakitan varietas Tora IPB merupakan pengembangan dari seleksi populasi bersegregasi dari koleksi plasma nutfah tomat yang diwariskan oleh Prof.Dr. Sri Setyati Harjadi. Populasi awal diberi No. 78, yang kemudian dilakukan seleksi modifikasi pedigree.

Penanaman populasi 78 mulai dilakukan tahun 2011. Selanjutnya dilakukan seleksi dengan kriteria bobot buah lebih dari 60 gram; warna buah muda adalah hijau muda; warna buah intermediet adalah orange; warna buah matang adalah orange kemerahan; dan bentuk buah lonjong.

Populasi 78 mulai ditanam pada musim hujan (MH) tahun 2011 untuk karakterisasi dan perbanyakan benih. Pada musim kemarau (MK) tahun 2011 dilakukan penanaman S2-78 dan mulai dilakukan seleksi. Seleksi dilakukan sesuai dengan kriteria seleksi di atas. Pada tahap ini diperoleh sembilan genotipe yang memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan, diantaranya adalah genotipe IPB 78-13.

Genotipe-genotipe ini kemudian ditanam pada MH tahun 2012. Pada tahap ini diperoleh sembilan genotipe yang memenuhi syarat, termasuk IPB 78-13-23. Selanjutnya, genotipe-genotipe ini ditanam pada MH 2012 dan MH 2013 sehingga diperoleh IPB 78-13-23-1. Galur-galur tersebut dilakukan uji pendahuluan. Selanjutnya galur IPB 78-13-23-1 diikutsertakan pada uji multilokasi pada tahun 2014.

“Galur IPB 78-13-23-1 dinamakan Tora IPB. Setelah varietas dilepas, saat ini dokumen sedang dikaji oleh Tim Penilai dan Penguji Varietas Hortikultura Kementerian Pertanian RI, maka benih Tora IPB akan diperbanyak oleh CV Benih Dramaga dan dipasarkan oleh Botani Seed di bawah naungan PT. Bogor Life Science and Technology (BLST) IPB,” terangnya.

Varietas Tomat Tora IPB ini juga satu-satunya varietas tomat yang berhasil dirakit sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Varietas yang sudah ada saat ini berasal dari swasta dan balai penelitian sayuran, itupun dengan tetua dari luar negeri.

“Vareitas Tomat Tora ini asli Indonesia dan satu-satunya varietas bersari bebas yang berhasil dikembangkan sejak tahun 80 an,” terangnya.(zul)



Tuesday, January 5, 2016

Label Pintar Pendeteksi Daging Busuk

Label Pintar Pendeteksi Daging Busuk
Label Pintar Pendeteksi Daging Busuk
Kemasan memiliki fungsi utama dalam industri pangan yaitu melindungi produk dari kontaminasi baik kimia, fisik maupun mikrobiologi, meningkatkan keamanan dan memperpanjang umur simpan.

Kini tuntutan terhadap kemasan tidak hanya sebagai wadah, kenyamanan, pemasaran, komunikasi dan melindungi produk saja. Kemasan juga dituntut mampu aktif dan berinteraksi dengan produk dan ligkungan sekitar yang dikenal kemasan aktif.

Tim peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan kemasan pintar yang bisa mendeteksi kebusukan daging. Mereka adalah Dr. Endang Warsiki, STP, M.Si, Dr.Ir. Liesbetini Haditjaroko, MS, Dr.Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si, Melati Pratama, S.TP, Ria Octavia, S.TP, Juneni, S.TP dari Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Produk daging dan ikan baik segar maupun olahan snagat rentan terhadap kerusakan karena mikroorganisme. Pertumbuhan bakteri pada daging khususnya bakteri patogen, selain menyebabkan kerusakan pada produk juga dapat menyebabkan penyakit dan bahkan berbahaya jika dikonsumsi. Bakteri berbahaya yang umumnya mengkontaminasi adalah Staphylococcus auerus, Escherichia coli dan Salmonella sp.

“Cepatnya pertumbuhan bakteri pada daging menyulitkan konsumen untuk menelusuri kelayakannya. Oleh karenanya kami menghadirkan label indikator warna untuk membantu konsumen dan produsen dalam memperoleh informasi mengenai kualitas produk akibat pertumbuhan bakteri,” ujar Dr. Endang saat ditemui di laboratorium Dept. TIN Kampus IPB Darmaga Bogor.

Label inovasi Dr. Endang ini menggunakan sistem yang lebih sederhana dan biaya yang murah dibandingkan dengan perangkat lainnya. Label bisa langsung ditempelkan pada bagian dalam kemasan. Label akan memberikan respon adanya kerusakan produk karena pertumbuhan bakteri melalui perubahan warna yaitu dari merah bata menjadi kuning.

Bahan Pembuatan Label Indikator Pendeteksi Daging Busuk
Bahan Pembuatan Label Indikator

“Bahan pembuatan label sangat sederhana,seperti agar bubuk, tapioka, gula, garam dan bahan nutrisi lainnya serta pewarna merah venol red. Mekanisme kerjanya berdasarkan pada gas asam volatil dan senyawa asam dari metabolisme bakteri. Secara ilmiah, bakteri memproduksi enzim protease yang dapat memecah protein pada daging menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu gas-gas asam volatil. 

Ketika kontaminasi terjadi pada daging terjadi, maka kemungkinan udara yang berada di dalam kemasan mengalami kontaminasi yang menyebabkan bakteri berpenetrasi pada label dan mengkontaminasi label. Label yang terkontaminasi akan terjadi fermentasi gula oleh bakteri dan menghasilkan asam. Asam dan gas-gas inilah yang merubah karakter warna label menjadi kuning,” ujarnya.

Hasil pengujian menunjukkan perubahan warna pada label terjadi beberapa jam sebelum produk dinyatakan rusak baik dari segi tingkat kesukaan konsumen maupun total bakteri yang dihasilkan. Produk dengan kategori baik dinyatakan dengan warna merah bata, produk dalam kategori akan segera rusak dinyatakan dengan warna orange (artinya harus segera dikonsumsi). Dan produk kategori rusak dinyatakan dengan warna kuning.


Label Indikator Pendeteksi Daging Busuk
Label yang sudah jadi

Aplikasi komersial label ini akan sangat membantu produsen dan konsumen mengenali kualitas dan kerusakan produk daging dan olahannya secara cepat dan praktis. Karena tidak perlu ke laboratorium. Selain itu bahan-bahan dan proses produksi yang mudah dan murah menjadikan label ini dapat dengan mudah diproduksi.(zul)





Rendang Cap Tungku, Bekal Praktis ke Luar Negeri

Rendang Cap Tungku, Bekal Praktis ke Luar Negeri

Mengecap pengalaman di luar negeri adalah sesuatu yang didambakan oleh semua mahasiswa, apalagi yang memang memiliki cita-cita ingin melanjutkan studi di luar negara. Namun ada satu masalah mendasar yang sering dialami mahasiswa Indonesia saat menempuh studi di negara non muslim. Yakni susahnya mencari makanan yang halal, sesuai dengan lidah Indonesia dan harga yang terjangkau.

Saat melihat kawannya kerepotan dan bingung membawa bekal makanan yang halal untuk dibawa ke luar negeri, Royeka Pratama melakukan inovasi dengan meluncurkan Rendang Cap Tungku. Pada tahun 2014, mahasiswa dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor (IPB) memulai usahanya membuat rendang kemasan.

“Melihat permasalahan seperti itu saya lihat ada potensi untuk membuat rendang kemasan siap santap sebagai solusi bagi orang-orang yang ingin keluar negeri. Yang ingin tetap bisa makan yang halal, sesuai dengan lidah Indonesia dan harganya yang terjangkau. Ditambah lagi produk saya praktis, siap santap, tahan lama, tidak mengandung MSG dan tanpa pengawet buatan,” ujarnya.

Rendang Cap Tungku sangat cocok dan tepat untuk target pasar orang-orang yang mobilitasnya tinggi dan traveller sehingga untuk menyiapkan makanan tidak sempat tetapi tetap bisa sehat.

Pemberian label Rendang Cap Tungku menurutnya agar terlihat etnik dan mudah diingat. Selain itu proses produksinya memang menggunakan Tungku. Dari hanya satu varian yakni rendang daging, kini Roy (sapaan akrabnya) sudah memiliki tiga varian rendang yakni Rendang Daging, Rendang Jamur dan Rendang Jengkol.

Melalui proses sterilisasi dan vakum, Rendang Cap Tungku bisa tahan hingga 7 bulan. Untuk rendang daging Roy menjual dengan harga Rp. 70.000,- per 250 gram, rendang jamur dan rendang jengkol Rp. 35.000,- per 250 gram.

“Perkembangan usaha rendang kemasan ini bukan tanpa tantangan. Awal usaha saat saya sedang penelitian. Dikarenakan sambil menyelesaikan penelitian sehingga tidak terlalu fokus terhadap usaha, akibatnya penjualan rendang per bulan nya sangat rendah yaitu 40 boks.

Dan juga di awal-awal baru ada satu varian, yaitu rendang daging. Setelah penelitian selesai, yaitu diakhir tahun 2014, bisa sedikit lebih fokus ke usaha, yang dibuktikan dengan launching varian baru yaitu varian rendang jamur. 

Dan setelah mendapatkan Surat Keterangan Lulus yaitu bulan april 2015, saya bisa lebih maksimal fokus di usaha dibuktikan dengan penjualan rendang yang naik 10 kali lipatnya perbulan di banding di awal usaha, yaitu 400 pcs. Dan dua bulan yang lalu melaunching varian baru lagi yaitu rendang jengkol,” tuturnya.

Roy menawarkan produknya melalui reseller, online, dan modern market yaitu di carefour sebanyak 15 store & seven-eleven sebanyak 4 store. Kini omset rata-rata perbulannya Rp16,884,221,- dan karyawan yang membantu sebanyak 3 orang

“Saat ini saya sedang proses mengurus agen di California. Untuk kelanjutannya, target jangka pendek, saya ingin penjualan min 1000pcs/bulan, jangka menengah menjadi Perseroan Terbatas dan jangka panjangnya ingin konglomerasi seperti PT.Indofood,” ujarnya.(zul)