Monday, October 30, 2017

Sinergi, Rejeki dan Hikmah dari JENDELA

Jelajah dan Edukasi di Alam Terbuka Awardee LPDP IPB
Serius mengikuti kegiatan panahan #sunahrosul
Sesuai judul, tulisan di bawah ini akan membahas tentang Sinergi, Rejeki dan Hikmah dari JENDELA.

JENDELA di sini bukan jendela yang ada di rumah-rumah kita ya. Tetapi singkatan dari Jelajah dan Edukasi di Alam Terbuka dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda. Lalu, apa itu JENDELA?

Jelajah dan Edukasi di Alam Terbuka Awardee LPDP IPB
Namaku Naruto #kudaponi

Melalui JENDELA yang digagas oleh Awardee LPDP IPB, 34 anak-anak yatim dan dhuafa dari desa lingkar kampus (terutama dari Yayasan Arrohman di desa Cikarawang) merasakan sensasi menunggang kuda dan latihan memanah di Unit Rehabilitasi dan Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan (URR FKH) Kampus IPB Darmaga (29/10). Berkuda dan memanah menjadi pilihan kegiatan karena bagian dari sunnah Nabi Muhammad SAW.


Kegiatan Jendela ini merupakan salah satu program kerja riset aksi hasil kerjasama dengan beberapa pihak. Diantaranya UKM Equestrian Club IPB, Komunitas Panahan Al Huriyyah IPB dan Yayasan Arrohman di Cikarawang Darmaga dan berbagai donatur yang terus memberikan support tiada henti. 


Berita kegiatan JENDELA ini sudah terbit di RepublikaAntarafoto. Dan saksikan keceriaan anak-anak di intagramnya LPDP IPB atau video di bawah ini



Inilah yang saya sebut Sinergi. Yakni kerjasama yang ciamik antara Awardee LPDP, URR FKH IPB, UKM Equestrian Club IPB, Komunitas Panahan Al Huriyyah IPB dan Yayasan Arrohman. 

Lalu apa Rejeki dan Hikmah yang didapat dari kegiatan ini?

Jelajah dan Edukasi di Alam Terbuka Awardee LPDP IPB
Berpose bersama kakak-kakak Awardee
Rejekinya adalah pertama, acara berlangsung lancar tanpa hambatan, cuacanya bersahabat padahal panitia sudah khawatir acara gagal karena mendung dan sudah gerimis saat subuh. Kedua, anak-anak mendapatkan ilmu dan pengalaman (berkuda dan memanah) serta perlengkapan sekolah (dan buku bacaan untuk perpustakaan di Yayasan Arohman). Alhamdulillah :)

Dan hikmahnya adalah salah satu peserta yang bernama Ahmad Nabil ternyata sudah hafal 3 Juz Al Quran di usia 11 tahun. Kakak-kakak panitia (mahasiswa program pascasarjana IPB) sempat terpukau ketika Ahmad maju ke depan membacakan salah satu surat dalam Al Quran. Tidak hanya itu, Abang (salah satu peserta muda yang berusia 5 tahun) melaungkan Adzan dengan merdu.

Disini saya ambil hikmahnya. Kedua anak tersebut bukanlan anak yatim, tetapi capaian mereka pasti karena didikan orang tuanya. Semoga kehadiran Ahmad dan Abang akan memotivasi anak-anak yang lain karena mereka sebaya dan teman bermain sehari-hari saat ngaji di rumah.

Jelajah dan Edukasi di Alam Terbuka Awardee LPDP IPB
Abang cinta Ibu Kartini #yangpakaikopiah

Note : We Love You Abang
#katakakak2awardeeelpdpipb
#pastipadapengencepetpunyaanak 


Wednesday, August 9, 2017

Kisah Inspiratif ; Jefri Naldi, Pengaduk Semen Yang Berhasil Kuliah di FKH IPB

Bertemu dengan Jefri Naldi, mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB), saat itu (tahun 2014) adalah pertemuan yang paling berkesan bagi saya. Saking berkesannya, setiap ada penerimaan mahasiswa baru, saya selalu teringat Jefri Naldi.

Kenapa berkesan? pertama, Jefri Naldi adalah anak yatim yang berhasil menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Fakultas ini termasuk fakultas yang favorit (persaingannya ketat) alias mahasiswanya pintar-pintar. Kedua, pertemuan itu terjadi dua bulan setelah suami saya meninggal. Saya seperti melihat masa depan ketiga anak saya yang sama-sama yatim. Apakah nanti anak saya bisa pintar seperti Jafri Naldi? Apakah mental anak saya bisa sekuat Jefri Naldi? dan banyak pertanyaan lainnya. 

Semoga pertemuan saya dengan Jefri Naldi yang terangkum dalam tulisan di bawah ini semoga menginpirasi dan memotivasi pembaca semua. Selamat membaca.

Jefri Naldi Mahasiswa FKH IPB
Jefri Naldi, Mahasiswa FKH IPB


Rutin Tahajud Sejak SMA, Kini Menjadi Calon Dokter Hewan IPB


Adalah Jefri Naldi, anak yatim lulusan SMAN 1 Batang Kapas, Pesisir Selatan Kabupaten Solok Selatan, yang kini menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB). Jefri menjadi salah satu mahasiswa yang mengikuti proses seleksi bidikmisi di Auditorium Jannes Humuntal Hutasoit, Kampus IPB Darmaga (16-17/6-2014).

Anak ke empat dari enam bersaudara ini sudah menjadi yatim sejak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dua kakaknya berhasil lulus SMA tetapi dua kakaknya yang lain terpaksa putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarganya.

Dari Sekolah Dasar, Jefri termasuk anak berprestasi terbukti saat kelas satu SMP, Ia menduduki peringkat pertama di kelasnya. Namun karena kematian Ayahnya, prestasi Jefri sempat “ngedrop” hingga lulus SMP.

“Alhamdulillah, motivasi saya bangkit kembali saat masuk SMA,” ujarnya saat diwawancara oleh Tim Pariwara IPB.
                                                         
Untuk membantu biaya hidup keluarganya, setiap hari Jefri menjadi “gembala sapi” dan tukang aduk semen. Selepas pulang sekolah (jam tiga sore), Jefri menjadi tukang aduk semen hingga pukul lima sore. Setelah itu, Ia pergi ke ladang mengarit rumput untuk bekal makan sapi tetangganya.

“Setiap minggu saya mendapatkan 100 ribu dari mengaduk semen. Dan untuk hasil mengarit baru bisa dirasakan saat sapi itu dijual oleh pemiliknya. Misal sapinya laku 4 juta saya mendapatkan 2 juta (biasanya sapi dijual setelah 2,5 tahun dipelihara). Uang itu saya serahkan semua ke ibu untuk biaya makan. Untuk sekolah saya bergantung pada beasiswa. Ini kalau tidak ada bidikmisi juga saya tidak akan bisa kuliah bu,” ujarnya.

Alhamdulillah untuk sementara sebelum masuk asrama IPB, ada kakak kelasnya yang bersedia “menampung”. Kedatangannya ke Bogor sebagai mahasiswa baru juga hasil dari “ngutang” ibunya di kampung, tambahnya.

Ketika ditanya kenapa tertarik masuk IPB, Jefri mengatakan selain ingin membuat ibunya bangga, Ia juga ingin menjadi peternak sapi. Menurutnya, daerah tempat tinggalnya sangat cocok untuk peternakan karena pakan alaminya melimpah.

Dengan kesibukannya sekolah dan bekerja, lalu kapan Jefri belajar hingga selalu rangking dua selama SMA. “Setelah bekerja, saya mandi, shalat Maghrib, makan, shalat Isya lalu tidur. Jam dua pagi saya bangun untuk shalat tahajud, setelah itu baru belajar hingga pagi,” tuturnya.

Rutinitasnya qiyamul lail memudahkannya menjalani hidup dan menuntut ilmu. Siapa sangka, kini Jefri menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB. Dimana FKH IPB adalah salah satu Fakultas Kedokteran Hewan ternama se Asia Tenggara.

Dan jika ada rezeki dalam waktu enam tahun ke depan, Batang Kapas Pesisir Selatan akan memiliki Dokter Hewan dari IPB. Amiin (zul)



Thursday, July 27, 2017

Kita Semua adalah Perempuan Perkasa

Apapun kondisi kita saat ini, kita harus siap menjadi perempuan "perkasa". Mungkin itulah yang ada dalam benak saya ketika melalui saat-saat paling sulit dalam menjalani hidup. Ketiadaan pasangan hidup bukan alasan untuk menjadi lemah.

Kita harus bisa menjadi manusia yang kuat dan bermanfaat bagi yang lain. Nabi Muhammad S.A.W bersabda "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat". 

Siti Zulaedah, Penggagas IPB Mengajar 2.0
Siti Zulaedah, Penggagas IPB Mengajar 2.0
Hari ini (26/7), ulasan tentang IPB Mengajar 2.0 berhasil dimuat di Media Cetak Nasional. Dalam rangka merayakan ulang tahunnya, tahun ini Media Indonesia mengangkat 47 sosok "Perempuan Perkasa" alias perempuan yang ditakdirkan menjadi kepala keluarga atau janda. Untuk terbitan hari ini Media Indonesia, saya kebagian menjadi sosok ke 24 yang diberitakan.

Anda bisa membacanya di Link 1 dan Link 2. Dan berikut cuplikan beritanya.

BAGI Siti Zulaedah, pada awalnya menjalani hidup tanpa suami bukanlah hal yang mudah. Apalagi suaminya meninggal di saat usia anak-anaknya masih belia. Anak yang sulung pada saat itu berusia 6 tahun dan yang bungsu, kembar, berusia 2,5 tahun.

"Kuat enggak kuat, ya, harus dijalani. Anak saya laki-laki semua, yang besar dulu umur 6 tahun dan yang kecil itu kembar berusia 2,5 tahun," ungkap ibu yang juga memiliki hobi membaca dan menulis tersebut.

IA membesarkan tiga anak sebagai orangtua tunggal plus berkontribusi kepada sekitar dengan menggagas program pendidikan informal bagi anak-anak yatim, yakni IPB Mengajar 2.0. Ia pun membagikan dan menularkan semangat kepada sekitarnya, mahasiswa-mahasiswa IPB yang menjadi pengajar bagi program yang dibinanya. Keistimewaan pada sosok Siti Zulaedah itulah yang memacu Media Indonesia menjumpainya di kampus IPB di Dramaga, Bogor, Senin (10/7). Zulaedah ialah staf di Biro Hukum, Promosi, dan Humas IPB.

Selain IPB Mengajar 2.0, saya juga tergabung dalam Geng Perjaka (Pelopor Janda Merdeka). Geng ini beranggotakan 20 ibu-ibu yang diantaranya ada yang berstatus janda dan ibu rumah tangga di Desa Cikarawang Darmaga Bogor. Tujuan dibentuknya Geng Perjaka adalah untuk menumbuhkan semangat "Perempuan-Perempuan Perkasa" ini dalam menjalani hidup, menambah wawasan dan ilmu agama serta menambah income atau pendapatannya.

Geng Perjaka memproduksi kue tradisional dan modern berbahan dasar ubi ungu. Untuk kue tradisional, Geng Perjaka membuat bakpia ubi ungu, kembang goyang ubi ungu, onde-onde ubi ungu, bolu ubi ungu dll. Nah untuk kue modernnya, Geng Perjaka akan mulai memproduksi Brownies Ubi Ungu, Muffin Ubi Ungu dan Bolu Chiffon Ubi Ungu. 

Kegiatan Geng Perjaka ini sempat diliput oleh CNN Indonesia dalam Program CNN Indonesia Heroes. 

Selain itu, dalam tulisan ini ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada semua insan yang telah membantu kami yakni Ibu Yatri (Kepala Biro Hukum, Promosi dan Humas), Bu Nur (Kepala Bidang Humas), Ustadz H Waladan Mardija, Bu Dedeh, Bu Nunung, Bu Aris, Bu Devi, Mas Rio, Mas Akhsan, Mas Bambang, Bu Erni, P Abdillah, Pak Bargas, Pak Endih, Pak Cecep, Mbak Endang, Pak Bayu dan staf Hukum yang memberi kekuatan dan mengayomi kami di Humas IPB. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala surgaNya.

Kepada adek-adek mahasiswa pengajar di IPB Mengajar 2.0, terima kasih atas sedekah ilmunya kepada anak-anak kami. Semoga dimudahkan kuliahnya.

Kepada ibu-ibu Geng Perjaka, ayo tularkan semangat kita kepada ibu-ibu yang lain dan semangat ini semoga menjadi tauladan untuk anak cucu kita.

Pada akhirnya tentu doa Emak dan Bapak dan saudara-saudara saya (Mas Ba'an, Mbak Manah, Mas Mono, Noto, Joko dan Mujo) lah yang selalu mengiringi setiap langkah saya dalam menjalani hidup ini. Terima kasih, semoga Allah SWT menyayangi Emak dan Bapak dan saudara-saudara saya.

Anak-anakku yang soleh (Rasyid, Fathan dan Fakhri), semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kalian untuk menjadi Hafidz dan menjadi penyelamat kami (ayah dan mamah) kelak di akherat nanti. Amin.

Postingan ini saya buat bukan untuk menyombongkan diri, namun semata-mata untuk membantu memberi kekuatan ibu-ibu yang lain yang ditakdirkan menjadi "Janda" seperti saya. Dan bisa menginspirasi ibu-ibu yang lain serta menjadi bekal kami saat menghadap Allah SWT, Rajanya para raja yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Amin

Tuesday, May 23, 2017

Sosok Iin Amrulloh, Juara Baznas-Republika Literacy Award 2017 #Tayang di Jawa Pos TV


Baznas-Republika Literacy Award 2017
Baznas-Republika Literacy Award 2017
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Republika menggelar Baznas Literacy Award 2017. Bertempat di Auditorium Andi Hakim Nasioetion Kampus IPB Darmaga (1/5), Baznas mengukuhkan Iin Amrulloh, pengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Plus Liwaul Furqon sebagai juaranya. 

Kompetisi ini menyeleksi seratus-an peserta yang meresensi buku karya Irfan Hamka Berjudul ‘Ayah”. Selain meresensi, peserta diwajibkan membuat program yang terinspirasi dari buku tersebut. 

“Hanya 25 finalis yang berhak mengikuti pelatihan menulis dan akan ditentukan lima peserta dengan program terbaik,” ujar Sri Nurhidayah, Kepala Program Pendidikan Baznas sekaligus Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Cendekia Bogor.

Para finalis adalah guru dan pendidik yang berasal dari Aceh, Binjai, Lampung, Jakarta, Depok, Bogor, Bandung, Bekasi, Banjarnegara, Solo, Yogyakarta, Kediri, Tulung Agung, Bondowoso, Lombok, Sulawesi Selatan.

Baznas-Republika Literacy Award 2017
Iin Amrulloh, Juara I Baznas-Republika Literacy Award 2017
Juara pertama di raih oleh Iin Amrulloh, seorang guru biologi di SMA Plus Liwaul Furgon Bogor. Program yang diajukannya berjudul Pendidikan Literasi Bagi Siswa atau Coaching Literasi Santri. Program “Coaching Literasi Santri” adalah program pendampingan literasi (membaca dan menulis) bagi santri SMA Plus Liwaul Furqon yang bertujuan untuk mengembangkan budaya gemar membaca dan menulis di kalangan siswa/santri.

Selain unggul dalam program literasi, Iin merupakan sosok yang berprestasi. Seperti apa sosoknya? Silahkan baca artikel hasil wawancara saya dengan Juara 1 Baznas-Republika Literasi Award 2017 di bawah dan saksikan profil Iin Amrulloh di Program Sosok Jawa Pos TV yang akan tayang beberapa hari lagi.

In Amullah, Guru Biologi dan Penulis Muda Berprestasi

Baznas-Republika Literacy Award 2017
Iin Amrulloh saat di wawancara Jawa Pos TV

Nama aslinya adalah Iin Amrullah (tapi tertulis di akte menjadi In Amullah). Pria (27 tahun) ini adalah lulusan Universitas Jenderal Sudirman dan kini mengajar di SMA Plus Liwaul Furqon Islamic Boarding School, Kecamatan Leuwiliang Kab. Bogor Jawa Barat. Walaupun ayahnya hanya lulus SD dan ibu juga tidak lulus SD, tapi Iin berhasil meraih berbagai prestasi saat kuliah maupun saat memulai karirnya sebagai guru.

Selain mengajar sebagai Guru Biologi, Iin juga mendapatkan amanah sebagai pembimbing Karya Ilmiah Remaja (KIR). Dalam bimbingannya, siswa-siswa di SMA Plus Liwaul Furqon berhasil meraih beberapa prestasi. Seperti Juara harapan 2 lomba menulis artikel populer hukum dan HAM yang diadakan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI. Lomba ini diikuti oleh 836 orang pelajar SMA/sederajat se-Jabodetabek.

“Dua bulan yang lalu ada dua siswa saya yang lolos menjadi finalis Forum Pelajar Indonesia yang diadakan oleh Indonesia Youth & Student Forum yang sebelumnya diseleksi berdasarkan 3 tulisan esai yang dibuat oleh pesertanya. Lomba ini diikuti oleh 1327 pelajar se-Indonesia, finalis hanya 220 peserta. Dan dua orang siswa saya lolos event tersebut. Finalnya akan berlangsung bulan Juli 2017 mendatang,” terang pria kelahiran Tegal ini.

Keberhasilan membimbing siswa-siswanya meraih juara karena keteladanan. Iin adalah sosok guru yang memiliki segudang prestasi. Raihan prestasinya sudah dimulai sejak pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dari kelas 1-6 Iin selalu menjadi ketua kelas dan meraih juara 1 di kelasnya.

“Waktu masih kuliah juga aku pernah terlibat dalam kegiatan sosial mendampingi TPQ anak-anak jalanan yang ada di daerah Purwokerto. Selain aktif di organisasi dan asisten praktikum, aku juga beberapa kali meraih prestasi ketika di kampus,” ujarnya.

Penghargaan atau prestasi yang pernah diraih diantaranya: Juara 2 Lomba Menulis Surat “Jika Aku Menjadi Lingkungan” LPM BIOMA tingkat Fakultas Biologi Unsoed (2010), Juara 1 LCT Islamic Fair UKI Kesmas-Khalifa Farmasi-Medis Keperawatan tingkat Universitas Jenderal Soedirman (2010), Juara 1 LKTI HMJM Fakultas Ekonomi tingkat Universitas Jenderal Soedirman (2011), Juara 3 Karya Tulis Ilmiah Call for Paper Communication Student Summit Universitas Airlangga Surabaya, tingkat nasional (2011), Finalis Lomba Karya Tulis Penunjang PIMNAS XXIV Universitas Hasanuddin Makassar bidang Kemaritiman (2011), Finalis Lomba Karya Tulis Call for Paper Youth Power UGM Yogyakarta (2011), Juara 3 mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Biologi Unsoed (tahun 2011), Juara 2 mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Biologi Unsoed (tahun 2012), Juara 2 Karya Tulis Ilmiah Tulisan Untuk Negeri (Subtema Pendidikan) dalam Konferensi Ilmuan Muda Indonesia (KIMI) FMIPA Universitas Indonesia (tahun 2012), Pengurus Terbaik UKKI 2012 dalam “Pengurus Award UKKI Unsoed Periode 2011-2012”, Lolos seleksi PKM-AI 2012 didanai oleh DIKTI dengan judul “Potensi Azospirillum sp. sebagai Biofertilizer di Lahan Pasang Surut”, Pemakalah dalam Seminar Nasional Hasil Perikanan dan Kelautan X Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (tahun 2013), Finalis Leadership Award dalam acara Leadership Camp The New You Institute (tahun 2013), Juara 1 Baznas Literacy Award 2017.

Dari hobi membaca, menulis dan travelling, Iin berhasil menelurkan beberapa karya antologi buku yang sudah terbit, diantaranya: Cinta Membaca (Leutika Prio, 2012), Resolusi Hebatku (Leutika Prio, 2012), Perempuanku (Surat Cinta untuk Ibu), (Puput Happy Publishing, 2012), Yang Terabaikan (Nulisbuku.com, terbit Mei 2012), Stories of Tegal Laka-Laka (deKa Publishing, 2012), Tas, Buku dan Sepatu (Penerbit Awan Pustaka, 2012) dan “Kepada Ayah” (Penerbit Harfeey, 2013). Antologi buku tersebut merupakan buah prestasinya memenangkan beberapa event menulis dari berbagai ajang.

“Lulus dari kuliah aku sempat menjadi guru ekskul sains dan guru pramuka di SD IT Harapan Bunda Purwokerto. Pada saat yang bersamaan aku juga menjadi tentor Bimbel Rumah Funtastic dan sempat merintis PAUD “Bee Kids”. Tak lama kemudian aku diterima lolos bergabung bergabung dengan Sekolah Guru Indonesia (SGI) – Dompet Dhuafa,” ujarnya.

Selama di SGI-DD, Iin menjadi Presiden KM Hexagonal SGI Angkatan VI dan menjadi Team Leader SGI Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara selama menjalankan masa tugasnya selama 1 tahun. Pada masa 6 bulan menjalankan tugas, Iin mendapatkan prestasi sebagai penulis terproduktif dan meraih juara 1 menulis untuk SGI angkatan VI.

“Beberapa hari setelah aku dinyatakan lolos sebagai peserta FIM-17, aku juga kembali meraih prestasi yaitu Juara 1 Menulis Blog untuk Guru dan Orangtua Blogger dengan tema mendidik dengan cinta,” terangnya.(zul)





Wednesday, May 3, 2017

IPB Mengajar 2.0 Berhasil Menjadi Juara 3 Literacy Award 2017


Sehari sebelum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati (1 Mei 2017), Program IPB Mengajar 2.0 berhasil meraih penghargaan sebagai Juara 3 Literacy Award 2017. 

IPB Mengajar 2.0 Juara 3 Literacy Award 2017
Untuk meningkatkan minat baca generasi muda Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Republika menggelar ajang Literacy Award 2017 di Bogor. Bertempat di Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Darmaga, terpilih 5 juara yang diseleksi dari 25 finalis. 

Terbaik pertama program Literacy Awards diraih oleh In Amrullah dengan judul program Coaching Literacy Santri. Adapun untuk terbaik kedua diraih oleh M. Hairul dengan judul program Membangun Literasi melalui reading emergency zone (areal membaca darurat). Dan untuk terbaik ketiga hingga kelima diraih oleh Siti Zulaedah (IPB Mengajar 2.0), Dian Riski Lestari (Ngaji Bareng Jakarta di CAR Free Day HI), dan Fitra Syaifullah (Care & share Garden).

Lalu Apa Itu IPB Mengajar 2.0

Berikut penjelasannya

IPB Mengajar 2.0 Menjadi Juara 3 Literacy Award 2017
Fathan dan Fakhri
Tahun 2014, saya kembali diingatkan oleh Allah SWT untuk terus bersyukur dengan nikmat yang masih Allah berikan kepada keluarga kami. Saya ibu dengan tiga anak laki-laki. Saya ditakdirkan menjadi janda saat usia saya menginjak 30 tahun. 

Di desa kami, para janda dan anak yatimnya banyak yang kondisinya lebih memprihatinkan dibandingkan keluarga saya. Baik dari segi pendidikan maupun ekonomi. Biasanya masyarakat memberikan santunan dalam bentuk uang. Saya berpikir, ini hanya solusi singkat. Jika anak yatim ini pintar dan berprestasi tentu untuk mendapatkan pendidikan di tingkat yang lebih tinggi akan lebih mudah dengan adanya beasiswa. Namun kondisi yang ada adalah sudahlah yatim ditambah kurang terdidik, lalu bagaimana mereka bisa berprestasi sehingga mudah mendapatkan beasiswa? 

Melihat hal itu, maka saya dan beberapa teman di IPB menggagas pendidikan tambahan (informal) gratis untuk anak yatim.

Di Dusun Cangkrang Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Kab. Bogor, ada sekitar 17 anak yatim yang sejak tahun 2014 mengaji di Yayasan Ar Rohman. Di luar itu ada beberapa anak lain yang tidak berstatus yatim juga ikut datang (sekitar 15 anak). Anak yatim yang datang berasal dari berbagai tingkatan kelas. Dari kelas satu sampai kelas enam SD.

Rata-rata anak yatim dan dhuafa yang datang mengaji belum bisa membaca Al Quran. Bahkan ada anak yatim kelas 4 SD baru mulai membaca Iqro jilid 1. Yang lebih memprihatinkan lagi, dari sisi akademik, anak-anak tersebut juga tergolong anak yang kurang berprestasi. 

Program IPB Mengajar 2.0 adalah program mendidik anak yatim di luar sekolah hasil kerjasama dengan mahasiswa IPB. Lokasi yayasan yang berdekatan dengan IPB dan profesi saya yang bekerja di Humas IPB memudahkan saya mencari volunter dari mahasiswa yang bersedia bergabung. 

Dari program ini, anak-anak yang datang ke yayasan akan mendapatkan ilmu agama dan ilmu dunia. Selain belajar baca Al Qur’an, anak-anak juga mendapatkan ilmu lainnya seperti cerita tentang sahabat Rosululloh SAW dan Hadist. Guru yang mengajar adalah salah satu ustadzah di dusun Cangkrang dan Ustad Waladan Mardija (Ulama IPB).

IPB Mengajar 2.0 Menjadi Juara 3 Literacy Award 2017
Ngaji Bersama Ustad H. Waladan Mardija
Untuk ilmu dunia, anak-anak mendapatkannya dari mahasiswa IPB yang bersedia menjadi volunter. Ada mahasiswa yang mengajar bahasa Inggris, matematika dan bahasa Arab.

Sedikit cerita tentang berjalannya program IPB Mengajar 2.0. Program ini mulai berjalan awal tahun 2015. Saat itu saya dibantu salah satu mahasiswa IPB yang mahir berbahasa inggris, Ustad Waladan dan dua orang guru ngaji (Bu Nyai dan Bu Kures). Seiring berjalannya waktu, mahasiswa IPB yang ikut bergabung ada 15 orang. Mahasiswa yang bergabung ini rata-rata mahasiswa yang menerima beasiswa pendidikan untuk golongan miskin (Bidikmisi).

Para guru ini memberikan ilmunya tanpa bayaran dari yayasan. Dan yayasan juga tidak menuntut banyak yang terpenting adalah adanya motivasi yang tumbuh di dalam hati anak-anak untuk berani mempunyai mimpi hasil dari bertatap muka langsung dengan mahasiswa Bidikmisi. 

Antusias anak-anak sangat tinggi. Harapan mereka untuk menempuh pendidikan lebih tinggi mulai muncul. Apalagi saat mendengarkan cerita para mahasiswa yang menjadi volunter. 

IPB Mengajar 2.0 Menjadi Juara 3 Literacy Award 2017
Belajar Kaligrafi

Kondisi sosial ekonomi yang serupa (yatim dan kurang mampu) tetapi bisa kuliah menjadi motivasi bagi anak-anak bahwa jika mereka berprestasi, mereka bisa seperti mahasiswa tersebut.

Alhamdulillah, hingga saat ini program ini masih berjalan. Bukan tanpa kendala tentunya. Pertengahan tahun 2016 sedikit demi sedikit mahasiswa volunternya mulai berkurang karena beberapa kendala. Pertama pergantian jadwal per semester dan tingkat kesibukan mahasiswa.

Sejalan dengan perjalanan hidup Buya Hamka melalui buku Ayah..karangan Irfan Hamka, mendapatkan ilmu lebih tidak harus dari lembaga formal dan ilmu itu harus diperjuangkan. Tahun 2017, program IPB Mengajar 2.0 ini berhasil menjadi juara 3 Liateracy Award dan banyak mahasiswa yang bersedia menjadi volunter. Maka saya berharap, program ini bisa terus dihidupkan untuk meningkatkan derajat anak-anak yatim tersebut melalui pendidikan yang memadai.
http://zulehumas.blogspot.co.id/2017/03/
Pengajar 2014-2016
IPB Mengajar 2.0 Menjadi Juara 3 Literacy Award 2017
Pengajar 2017