Monday, October 3, 2016

Pakar IPB Ciptakan Hormon Pemacu Pertumbuhan Ikan

Dr.Ir. Alimudin Alsani, Pakar Ikan Air Tawar IPB
Dr.Ir. Alimudin Alsani, memakai batik hijau 
Tingkat produksi budidaya ikan konsumsi ditentukan oleh laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan. Laju pertumbuhan akan menentukan lama waktu pemeliharaan mencapai ukuran konsumsi atau dapat dijual. Metode untuk meningkatkan laju pertumbuhan yang ada saat ini masih belum mudah diaplikasikan dengan cepat oleh pembudidaya ikan.

Fishgrow Stimulant (FGS) atau hormon pertumbuhan ikan hasil inovasi Dr. Alimudin, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB bisa meningkatkan laju pertumbuhan ikan hingga 2-3 kali lipat.

“Latar belakangnya adalah Indonesia memiliki jenis ikan yang harganya mahal tapi pertumbuhan lambat. Contohnya sidat, gurame atau kerapu. Untuk ikan gurame saja harus menunggu 1 tahun untuk mendapatkan ikan yang siap jual. Oleh karena itu kami mengembangkan suatu bahan yang bisa memacu pertumbuhan ikan dengan hormon pertumbuhan yang diproduksi melalui bakteri. Saat FGS diberikan pada ikan gurame, sidat dan nila ternyata hasilnya bagus,” terang staf pengajar di Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB ini.

Dr.Ir. Alimudin Alsani, Pakar Ikan Air Tawar IPB
Ikan Nila Merah
Untuk mendapatkan FGS, Dr. Alimuddin memilih metode recombinant growth hormone (rGH) karena mampu memberikan keuntungan genetik sebesar 200%. Menurutnya, mekanisme kerja rGH secara langsung mampu menginduksi diferensiasi sel-sel prekursor terkait fungsi fisiologi (metabolisme lemak, karbohidrat, suplai nitrogen pada organisme masa pertumbuhan, dll.). Dan hasil secara tidak langsung adalah mampu meningkatkan produksi IFG-1 pada sel-sel yang berdiferensiasi & IGF-1 di hati.

Selain itu, menurut literatur, setelah diaplikasikan pada beberapa ikan metode ini memberikan hasil yang sangat memuaskan. Pada Ikan kakap hitam pertumbuhannya naik 60%, Ikan Flounder naik 24%, Ikan Gilthead Seabream naik 55-65%, Ikan Mas Koki naik 43%, Ikan Nila naik 171% dan Udang Vaname naik 42,2%.

“Vektor ekspresi rGH dari ikan (ikan Mas, Gurame atau Kerapu) dimasukkan ke bakteri E. coli yang dipakai oleh orang molekuler. Nah bakteri inilah yang memproduksi FGS. Hasilnya bisa berupa larutan (penyimpanan di freezer) dan tepung (penyimpanan di kulkas),” ujarnya.

Aplikasi FGS pada ikan terbagi dalam tiga cara. Pertama larva ikan yang berumur 2 hari direndam dalam air dengan dosis 3-23 mg selama 1-2 jam dan kedua FGS bisa ditambahkan pada pakan dengan dosis 3-30 mg/kg dengan tiga atau empat kali pemberian. Atau dengan menggabungkan kedua cara di atas dengan merendam larva dan menambahkan FGS pada pakannya.

FGS akan meningkatkan efisiensi pakan hingga lima kali lipat dan menurunkan biaya produksi ikan. Setelah di beri FGS terjadi pertumbuhan sebesar 75% pada Ikan Gurame dan Ikan Sidat 2,5 kali lebih tinggi dari Ikan Sidat yang tidak diberi FGS.

Dari sisi keamanan pangan, Dr. Alimudin mengatakan metode ini sangat aman.

“Ini selalu dipertanyakan. Apakah sama dengan yang digunakan pada ayam dulu (memacu pertumbuhan ayam dengan mengunakan steroid). FGS menggunakan peptida biasa. Jika kita rendam selama 1 jam setelah itu dibiarkan kemampuannya sudah turun setelah 2-3 bulan. Ada studi yang mengatakan setelah 90 menit sudah tidak terdeteksi di dalam usus. rGH terdegradasi di dalam saluran pencernaan tikus uji dan rGH terabsorbsi di dalam saluran pencernaan dan sistem peredaran darah ikan dan tikus uji. Sehingga ikan dengan penambahan FGS aman dikonsumsi manusia,” ujarnya.

Harapannya ke depan semua ikan dapat dipacu pertumbuhannya dan inovasi ini bisa diaplikasikan oleh masyarakat sehingga produksi meningkat dan pendapatan petani juga meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa keunggulan inovasi ini adalah teknologi yang sederhana, mudah diadopsi baik pembudidaya skala kecil, menengah, maupun skala besar serta mampu meningkatkan produktivitas budidaya secara signifikan, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, dan menurunkan biaya produksi.

Inovasi ini berpotensi diterapkan pada berbagai spesies ikan budidaya, khususnya ikan yang bernilai jual tinggi namun pertumbuhannya lambat. Bisa pula diterapkan pada budidaya udang, dan kerang-kerangan.(zul)

Keterangan : Foto diambil dari akun facebook Dr. Alimudin Alsani 

1 comment: